Mendadak Lampung

Sebuah kerjaan hinggap di depan mata. Dicium dari baunya, kerjaan ini semerbak bau-bau luar kota. Dan benar saja, kerjaannya ke Lampung.  Siapa yang nolak dapet kerjaan ke Lampung walaupun Cuma satu hari. Setelah dapet konfirmasi dari partner perjalanan, saya segera bersiap. Alat snorkeling tak lupa dibawa. Niatnya mau menengok nemo dan kawan-kawan di Pulau Tangkil. Menjelang tengah malam kami berangkat. Keberangkatan tengah malam begini adalah hal yang seru. Kita macam mau operasi rahasia. Segala macam amunisi untuk perut dibawa. Dan yang paling penting adalah kopi.

Perjalanan ke Lampung cukup lancar. Hanya ada satu kendala, yakni ngantuk. Maklum, di kapal kami tidak terlalu bisa tidur nyenyak. Ditambah posisi keberangkatan pada hari biasa, hari beraktivitas. Untuk itu kami rehat sejenak sambil foto-foto di sebuah jalan yang punya pemandangan bagus.

Umk ???????????????????????????????

Alhamdulillah, kami tiba di lampung esok pagi. Tepat saat warga Lampung memulai aktifitasnya. Sesampainya di Lampung, saya segera ketempat tujuan untuk segera menyelesaikan tugas. Berharap semakin cepat selesai pekerjaannya semakin lama senorklingnya. Tapi ternyata alamat yang kami tuju sulitnya minta ampun. Kami sudah sampai di jalan yang benar, tinggal mencari nomor rumahnya. Sudah 7 orang kami tanyakan, tidak ada satu pun yang tahu di mana letak rumah bernomor 20 itu. Sudah hampir 3 jam mencari, rumah yang dituju pun tak kunjung ketemu. Sampai akhirnya, kami singgah di tukang penjual kue Rangi. Tau kue Rangi? Itu kue campuran adonan tepung dan parutan kelapa yang dicetak di cetakan bentuk setengah lingkaran.

Tempat Beli Kue Rangi

Penjual Kue Rangi Bertopi Gaul

Si Abang ini mangkal di sebuah mulut gang. Hampir 3 set kue rangi kita habiskan. Alamat tak kunjung ketemu dan nomor hp orang tersebut tidak diangkat. Si tukang kue rangi pun tidak tahu di mana rumah bernomor 20. Padahal sudah hampir 2 tahun dia jualan di sana. Akhirnya kami sepakat untuk menelpon kembali selepas jam 12 siang. Barangkali orang yang kita tuju sudah bangun. Kami berspekulasi mungkin dia anak dugem yang bangunnya selalu siang. Untuk menunggu jam 12 kami putuskan mencari masjid dan tidur di dalamnya. Dari sini saya simpulkan bahwa saya harus menggantung alat snorkeling.

Masjid Saksi Bisu Kelelahan Kami

Adzan dzuhur membangunkan tidur nyenyak. Kami segera beranjak. Pinginnnya sih beranjak cari tempat lain untuk nerusin tidur. Tapi, kalo kata stiker di masjid IKJ, adakah panggilan yang lebih penting dari panggilan Allah, maka kami pun ikut sholat. Selesai sholat saya berdoa agar orang ini bisa segera di telepon. Saya pun mencoba menelpon kembali. Alhamdulillah gak diangkat lagi. Saat itu juga ingin rasanya menangis. Bener-bener gak jadi snorkeling. Saat itu saya masih berharap, setidaknya ada waktu setengah jam untuk bersatu dengan air laut.  Daripada berlarut dalam kekesalan, akhirnya saya putuskan untuk makan siang.

5 menit mengendarai mobil, kami bertemu sebuah warung nasi kecil. Sederhana sekali. Letaknya agak di atas. Saya harus menaiki beberapa anak tangga. Saya memesan kopi dan teman saya makan nasi. Saya duduk si sebuah kursi dan mager. Di depan saya pemandangan indah barisan bukit-bukit kecil di Lampung. Apa lagi saat sebuah gelas berisi kopi yang wangi mendarat di depan hidung saya. Tau kan gimana rasanya orang baru bangun tidur dengan penuh rasa kecewa disuguhi pemandangan dan kopi nikmat. Ngablau dah kalo begini. Saya hanya diam menikmati pemadangan dan bau-bau khas daerah Lampung. Di tengah keheningan hp saya berbunyi. Pencerahan datang. Saya disuruh kembali ke jalan itu dan menunggu di seberang sebuah rumah sakit.

Makan Siang dulu Bos

Acara makan siang segera diselesaikan. Saya langsung kembali ke jalan tadi dan mencari rumah sakit yang dituju yang sebenarnya dari awal saya sampai di pagi hari sudah saya lihat. Sampai di seberang rumah sakit, saya diperintah menunggu orang tersebut datang . Dia nanti akan menuntun kami ke rumah yang dituju. Gak lama orang itu pun datang, kurang-lebih setengah jam berlalu. Dia menggunakan motor dan saya mengikuti dia dari belakang. Alhamdulillah, kami sampai di rumah yang kami tuju. Sebuah rumah dalam gang yang terletak kurang-lebih 50 meter dari tukang kue rangi. Masya Allah, tukang kue rangi uda 2 tahun apa 2 hari dagang di situ.

Cukup satu jam saya merampungkan pekerjaan. Sore hari ini juga saya harus kembali ke Jakarta. Sisa waktu yang saya miliki saya gunakan untuk mengelilingi kota Lampung. Kota lampung itu unik. Terletak di tidak jauh dari laut namun di dataran yang tinggi. Dari beberapa jalan dan titik di kota lampung kita dapat melihat dengan jelas eloknya laut di teluk Bandar lampung. Mobil kami meliak-liuk menyusuri kota Lampung di siang hari yang tidak terlalu panas.

Salah Satu Jalan di Lampung

Tujuan berikutnya adalah berbelanja oleh-oleh, terutama satu hal yaitu kopi. Saya memang sudah niat untuk melunturkan kangen dengan si Ulu Belu. Kopi pure robusta bean dari Lampung yang tempo hari saya pernah tulis juga. Selain kopi, pastinya kemplang dan pempek. Untuk membeli kopi ulu belu saya harus turun ke Bandar Lampung. Tepatnya ke daerah Tepekong. Daerah Tepekong ini bisa dibilang masuk kawasanan pecinan. Dinamakan Tepekong karena memang di sana ada tempat ibadah orang konghucu yang sering disebut Tepekong. Toko penjual kopi ini tepat berada persis sebelah toko oleh-oleh paling popular di Lampung yakni Toko Yen-yen. Nama tokonya adalah rumah kuning. Di toko ini menjual aneka macam kopi local dan oleh-oleh seperti kemplang. Cuma entah mengapa kondisi toko ini lebih sepi ketimbang sebelahnya. Namun varian kopi yang dijual lebih banyak.

Beres berburu kopi, saatnya berburu pempek. Pempek yang banyak di jual di Lampung umumnya dalam bentuk mini. Di jual dengan harga 1.000 sampai 2.000 rupiah persatuan. Biasanya penjualnya berkeliling membawa pempek di keranjang, beberapa piring kecil plastic, dan sederigen cuka. Namun tukang model keliling ini sudah sulit ditemui. Mereka kebanyakan sudah menempati tempat permanen. Macam tukang gorengan gitu kalo di Jakarta. Saya pun beranjak ke sebuah pasar untuk mencari pempek. Di pertigaan saya lihat ada penjual pempek di gerobak. Saya pun turun dan membelinya untuk dibawa pulang dan gak lupa makan juga di situ. Nah, ada satu dari keunikan tukang pempek di Lampung. Mereka dengan setengah hati memberi kita cuka untuk di bawa pulang, namun sepenuh hati memberikan cuka kepada kita asal makan di situ. Padahal orang Lampung punya tradisi makan pempek dengan menguyup cukanya. Maksudnya, pempek itu tidak dicocol dengan cuka. Tapi dimakan dulu pempeknya baru diminum cukanya. Gak heran jika satu buah pempek bisa menghabiskan 3 piring kecil cuka. Begitulah cara orang Lampung menjual dan menikmati pempek. Masalah rasa mah jangan di tanya. Namanya kota dekat laut, ikannya berlimpah. Makan pempek di Lampung, ya rasa ikan beneran.

Selesai makan pempek berarti waktunya pulang. Namun karena sebentar lagi ashar saya putuskan untuk sholat dulu di masjid Lungsir. Masjid ini adalah masjid raya di kota Lampung. Berada di ketinggian juga. Dari jendela-jendela di masjid ini kita bisa melihat kembali kemolekan teluk Bandar Lampung.

Pemandangan Masjid Lungsir Bandar Lampung

Pemandangan Masjid Lungsir Bandar Lampung

Pemandangan Masjid Lungsir Bandar Lampung

Pemandangan Masjid Lungsir Bandar Lampung

Pemandangan Masjid Lungsir Bandar Lampung

Pemandangan Masjid Lungsir Bandar Lampung

Ajaibnya di masjid ini saya menemukan tukang pempek keliling yang tadi saya bilang sudah sulit ditemui.

?????????????????

Pempek Asli Lampung

Pempek Asli Lampung

Pempek Asli Lampung

Pempek Asli Lampung

Pempek Asli Lampung

Cara Makan Pempek Asli Lampung

Cara Makan Pempek Asli Lampung

Well, waktunya pulang. Wait! Narsis sebentar boleh dong.

?????????????????

?????????????????

?????????????????

Oke, saatnya membelah jalan lintas sumatera Bandar Lampung – Bakauheni ditemani sang senja dan hingar santai lagu-lagu Float.

“Jelajahi waktu ke tempat berteduh hati kala biru…”

1

Membelah Senja

2

Senja di Lampung

Eh, Adzan Maghrib. Kami pun berhenti dulu sejenak bersyukur kepada Sang Khalik untuk rezeki dan kebahagiaan hari ini, kemarin, dan besok. Ahhey!!

Masjid Tempat Sholat Maghrib

Leave a comment