Track dari Kandang Batu menuju Kandang Badak tidak terlalu jauh. Memakan waktu maksimal 1 jam. Kita akan melewati air terjun yang terletak kurang lebih 100 m dari kandang batu. Air terjun itu juga menjadi sumber air bersih untuk yang menginap di Kandang Batu. Sekali lagi, jangan minum air panas campur belerang.
Sampai Kandang Badak keaadannya wow sekali. Kavling fully booking. Kalo ada yang mengelola mungkin pas nyampe di awal pintu masuk Kandang Badak akan di pasang tulisan “maaf, full booking”. Saya harus mencari-cari tempat untuk mendirikan tenda. Hampir setengan jam mencari-cari akhirnya dapat juga. Tempat lumayan datar di bawahnya tempat sampah. Sampah sampah dah, gak keliatan ini udah malem. Yang penting bobo.
Buka tenda gak lama, kurang lebih setengah jam. Yang agak lama adalah meng-arsiteki terpal truk yang kami bawa buat diajdikan alas tidur dan dinding pengahalang dingin. Mau tau gimana bentuknya? Liat gambar di bawah ini.
Ini adalah gambar teknis dari tenda terpal truk. Atasnya memang agak bolong, tapi samping kanan kiri tidak terkena angin dingin. Bagaiamana angin dari luar. Angin dari luar kami siasati dengan menjejerkan carrier yang kami bawa. Luas tenda itu kurang lebih 2 x 2 m. Cukup untuk tidur 3 orang berhimpitan. Tidur berhimpitan akan membuat badan terasa lebih hangat. Namun ada satu hal yang menambah kehangatan, yaitu tidur dengan sleeping bag.
Kami semua membawa sleeping bag, namun sleeping saya berbeda. Sleeping bag saya lebih hangat. Kok bisa? Bisa. Nah inilah cara paling efektif untuk tidur nyenyak dan terhindar dari serangan dingin. Bawalah dua matras. Matras biasa dan matras alumunium foil. Matras biasa digunakan untuk alas. Matras alumunium foil digunakan untuk melapisi bagian dalam sleeping bag dengan posisi bagian yang mengkilap menghadap badan kita. Aluminium foil ini berfungsi untuk menjaga suhu panas yang keluar dari tubuh kita agar senantiasa bekumpul di dalamnya. Dengan trik ini saya jamin Insya Allah tidur serasa di rumah. Sudah jelas hangat dan jelas tambah empuk.
Camping dengan tenda darurat model begitu jangan pernah diikutin. Karena kalo terjadi hujan, tenda seperti itu bakal banjir atau mungkin hanyut. Pesan moralnya, kalo terpaksa bikin tenda darurat jangan lupa banyak banyak berdoa agar tidak terjadi hujan dan serangan binatang.
Camping dengan tenda darurat model begitu jangan pernah diikutin. Karena kalo terjadi hujan, tenda seperti itu bakal banjir atau mungkin hanyut. Pesan moralnya, kalo terpaksa bikin tenda darurat jangan lupa banyak banyak berdoa agar tidak terjadi hujan dan serangan binatang. Dan jangan pernah juga ngupil pake gaya model begini:
Lanjut
Beres membangun tenda, to do list berikutnya adalah makan. Kami menggoreng telur, memasak sarden dan nasi. Yang paling mantap adalah panganan sarden dicampur scramble egg plus royco setengah bungkus. Rasanya? Jangan ditanya… Masak memasak lauk berjalan lancar kecuali nasi. Kami memasak nasi hampir 1 jam setengah. Kenapa? Gak tau kenapa itu nasi masih aja gak matang-matang padahal uda bekerak bawahnya. Analisa saya, itu nasi kurang air waktu masak. Tapi yang namanya di gunung. Apa saja lenyap masuk perut.
Saya yang punya mag, gak mau terjadi lagi kejadian seperti sebelumnya. Saat beranjak dari kandang batu, saya bungkus nasi sisa hasil masak makan siang. Saat mengetahui gelagat nasi gak matang-matang, saya ijin sama anak-anak untuk makan duluan pake nasi itu tanpa lauk. Yah, daripada mag kambuh. Tapi Subhanallah, semua berkat pertolongan Allah dan atas izin-Nya ternyata si Japar bawa ikan teri main bola. Ikan teri main bola itu masakan ikan teri medan yang digoreng bersama kacang tanah dan bawang. Jadilah nasi sebungkus itu kita makan bareng-bareng pake lauk ikan teri main bola. Lumayan ganjel nunggu nasi jadi. Nah, pengalaman bungkus nasi ini bisa jadi salah satu rukun yang gak bisa ditinggalin untuk mereka yang punya mag.
Tips untuk yang berpenyakit mag/ gak boleh telat makan:
- Setiap selesai waktu makan bungkus lah nasi secukupnya untuk jaga-jaga.
- Bawa lauk yang tidak harus dimasak: abon, tempe orek kering, rendang, atau ikan teri main bola
Nasi jadi sudah, kita pun makan di dalam tenda. Gak berani keluar karena udara dingin benar-benar menggigit. Brrrr… Niatnya mah mau ngeceng di pintu masuk, tapi kayaknya tidur lebih baik. Besok pagi harus melanjutkan lagi perjalanan ke puncak.
Jam menunjukan jam 04.45, waktunya naik ke puncak. Bahasa gaulnya kata yan kemah di atas kemah saya Summit. Saya bangun dan membangunkan teman-teman yang lain. Kita pun berangkat jam 05.45 belum termasuk ada yang ketinggalan barang segala. 1 jam dipake ngulet sama meyakinkan diri untuk tidak merugi meninggalkan tidur yang begitu nyenyak dan ganjel perut dengan roti tawar dan susu kental manis.
Perjalanan ke puncak memakan waktu 1-2 jam. Cukup jauh dan memakan tenaga karena tingkat kecuraman yang makin tinggi dan jalan yang sudah didominasi tanah. Jadi gak step by step gitu. Faktor istirahat nyenyak menjadi salah satu faktor yang membuat kita lebih fresh dalam pendakian ke puncak. Walaupun agak kecewa karena sunrise-nya keburu nongol, tapi gak apa-apa. Yang penting summit. Saya sendiri ribut masalah Tanjakan Setan yang katanya gak jauh dari Kandang Badak tapi gak nyampe-nyampe. Tapi berkat kesabaran dan ketekunan akhirnya nyampe juga di Tanjakan Setan. Dan di sini saya lihat puncak Gunung Pangrango. Subhanallah..
Dan this is it, TANJAKAN SETAN.
Perjuangan belum selesai, Jenderal!
Dari sini ke puncak Gede butuh waktu 30-60 menit. Medannya lebih terjal, dominasi pasir dan tanah, dan banyak jalur nya. Hati-hati kita bisa saja tersasar di sini. Apalagi kalo berangkat malam hari. Untuk itu senter dan orang yang pengalaman naik sangat membantu di trek ini. Bagaimana keadaan puncak gede? Tunggu tulisan selanjutnya.